Wednesday, February 18, 2015

Daniel Purba "Ngeles" Jaga Etika Trading


"Tidak bisa di disclose, bukannya tidak transparan. Tapi ini berkaitan dengan etika bisnis. Kita juga ingin lebih menjaga iklim internasional trading," jelas Daniel.

PT Pertamina (Persero) melalui Integrated Supply Chain (ISC) mengklaim telah menyelesaikan proses tender pengadaan minyak mentah dan telah menghasilkan dua pemenang yakni Socar dengan minyak mentah Azeri sebesar 2 juta barel dan Vitol dengan minyak mentah Nigeria sebesar 2 juta barel.

Vice Presiden ISC Daniel mengatakan, pada 22 Januari 2015 pihaknya telah menyampaikan undangan tender kepada 62 Supplier atau Daftar Mitra Usaha Terdaftar (DMUT). Kemudian proses tender ditutup pada 27 Januari 2015, lalu awarding date pada 29 Januari 2015.

"Sebanyak 62 mitra usaha yang kita undang, ada 33 penawaran yang masuk. Tapi dari itu ada 10 yang penawarannya lewat batas waktu. Jadi 23, kemudian 11 melakukan penawaran lalu 12 menyatakan regret atau tidak berpartisipasi dalam kesempatan kali ini. Hingga akhirnya terpilih penawaran terbaik yaitu Socar dan Vitol," kata Daniel dalam jumpa persnya di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (17/1).

Ia menjelaskan, dari 62 mitra usaha yang dimiliki ISC-Pertamina, 20 diantaranya merupakan NOC, 15 mitra usaha MOC atau Producer atau Refiner dan 27 trader.

Sayangnya, Daniel mengaku tidak bisa membeberkan berapakah kisaran harga yang disepakati dalam tender yang dimenangkan oleh Socar dan Vitol tersebut.

"Tidak bisa di disclose, bukannya tidak transparan. Tapi ini berkaitan dengan etika bisnis. Kita juga ingin lebih menjaga iklim internasional trading," jelas Daniel.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menambahkan, meski harga tidak dipublikasikan namun revitalisasi ISC harus memberikan harga yang murah dari apa yang telah dilakukan.

"Kalau harganya tidak murah, Pak Daniel-nya yang diganti," tukasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI Kurtubi menyatakan ketidaksetujuannya jika Pertamina harus membeli minyak dari trader. Pasalnya, hal itu menunjukan tidak adanya upaya efisiensi di tubuh Pertamina dalam pengadaan minyak mentah.

"Sepanjang itu trader saya kurang klop, karena konsep saya sejak awal karena importasi migas itu agar efisien untuk kepentingan negara haruslah pertamina sendiri yang membelinya langsung dari produsennya," kata Kurtubi.

Menurutnya, meskipun Pertamina telah mengklaim penunjukan itu sudah melewati mekanisme tender yang terbuka dan transparan, pengadaan minyak melalui trader bukanlah hal yang sejalan dengan langkah efisiensi.

"Katakanlah memang transparan, terbuka dan sesuai aturan. Lalu menang si A si B misalnya. Saya berpendapat tetap tidak efisien. Karena kalau yang menang ini trader, bukan produsen, yah pasti trader ini akan memperoleh fee, keuntungan. Padahal dia bukan penghasil minyak. Dia kan membeli minyak yang kita butuhkan dari produsen dan dari penghasil," terangnya.

Ia menegaskan, seyogyanya Pertamina sebagai badan usaha yang memiliki wewenang bertransaksi dimanapun, dapat membeli minyak langsung kepada produsen baik itu National Oil Company (NOC) ataupun International Oil Company (IOC).

"Kan seyogyanya Pertamina langsung ke produsen karena dia sebagai perusahaan. Bukan lembaga pemerintah, jadi bisa bertransaksi dimanapun," tugasnya.

sumber:  aktual.co

No comments:

Post a Comment