"Itu terlihat dari kebijakan Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN yang masih enggan membubarkan perusahaan yang menangani jual beli minyak yaitu Pertamina Energy Services Pte Ltd (Petral). Sementara, jual beli minyak di gantikan oleh Integrated Supply Chain (ISC) yang merupakan anak usaha Petral. Perubahan tidak ada, hanya cakap nol, padahal sudah ada desakan rakyat agar Petral di bubarkan, namun Menteri dan Pertamina hanya mengganti orang-orangnya dan treding minyak dilakukan ISC anak usaha Petral," jelas Uchok di Jakarta, Kamis (29/01/2015).
Menurut dia, keluarga Soemarno merupakan pemain lama di sektor migas, dan sistemnya tetap dipelihara hingga sampai saat ini karena diduga sangat menguntungkan oleh pihak-pihak tertentu. "Sistemnya tetap dipelihara walaupun sudah di desak bubarkan Petral, tapi tetap di pertahankan karena sangat menguntungkan mereka, dengan kata lain mereka inilah yang menguasasi Migas di Indonesia, mereka akan menguasasi Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, SKK Migas, BPH Migas dan Pertamina," ujar dia.
Ia mengatakan, seharusnya ISC tidak dibutuhkan dan seharusnya jual-beli migas dilakukan langsung oleh perusahaan negara atau Pertamina secara langsung, tidak melalui anak usaha. Bahkan, papar dia, saat ini Pertamina memiliki Deputi perencanaan dan penjualan, yang seharusnya bisa menangani pembelian minyak dan BBM.
"Ini sekarang Pertamina menjadi perusahaan BUMN yang tidak efektif, terlalu banyak bagi-bagi kekuasaan, si A pegang BUMN, si B pegang, apa kerjanya Deputi. Dan seolah-olah adanya ISC membuat Deputi-deputi Pertamina tidak ada gunanya, hanya membuang buang anggaran, dan jangan lupa argo dan gaji tetap jalan," tutur dia
Sebelumnya, Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan bahwa tugas dan fungsi ISC adalah melakukan format jual-beli minyak dan BBM yang dulu menjadi tugas Petral, namun sebenarnya setelah jual-beli minyak menjadi isu hangat, ISC sudahj beberapa tahun lalu mengambil alih tugas Petral.
sumber: inilah.com
No comments:
Post a Comment