Jakarta - Diam-diam Pertamina lewat Integrated Supply Chain (ISC) telah mengimpor minyak mentah dari Sonangol EP, produsen minyak asal Angola, Afrika. Bila tidak ada halangan, Februari ini minyak itu sudah bisa diterima ISC.
Besaran awal impor minyak mentah dari Sonangol itu sebanyak 600.000 sampai 900.000 barel. Setelah itu, setiap bulan nanti Sonangol akan mengirim minyak ke ISC. Dalam perjanjian jual beli yang diteken di Jakarta Oktober tahun lalu, Sonangol akan memasok minyak mentah sebanyak 100.000 barel per hari.
Berapa uang yang harus dikeluarkan Pertamina untuk setiap barel minyak yang dibeli dari Sonangol? Sebab, bukan apa-apa, perjanjian jual beli itu sempat mandek gara-gara masalah diskon.
Dalam perjanjian awal, Sonangol bersedia memberikan diskon sebesar US$ 15 setiap barel minyak yang dibeli Pertamina. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sempat mengatakan, kerja sama pembelian ini bisa menghemat anggaran sekitar US$ 2,5 juta per hari atau setara Rp 15 triliun setahun.
Anehnya, pada 18 November 2014 Pertamina mengirim surat ke Sonangol tentang 'Counter To The Proposed Contractual Volume 2015'. Tanggal 20 November 2014, Sonangol membalas surat dari Pertamina. Isinya, Sonangol tidak bisa memberikan diskon US$ 15 setiap barel minyak yang dibeli oleh Pertamina. Sonangol bilang, kerja sama pembelian minyak itu masih mengacu pada harga pasar.
Pertanyaannya, apakah Pertamina membeli minyak mentah dari Sonangol sesuai harga pasar? Kalau berdasarkan harga pasar, kenapa tidak membeli dari perusahaan minyak lain, yang lebih besar?
sumber: inilah.com
No comments:
Post a Comment