Dwi mengatakan, permainan ongkos angkut yang dilakukan anak usaha Pertamina tersebut membuat harga beli elpiji dari Petral lebih mahal.
"Untuk elpiji tadinya dengan Petral Freight-nya 68 dolar per ton," kata Dwi, dalam rapat kerja, Rancangan Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBN) 2015 dengan Komisi BII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/2/2015).
Menurut Dwi, saat ini Pertamina lebih memilih menggunakan Freight on Board (FoB) sebagai acuan dalam membeli elpiji, harga tersebut lebih murah dan Pertamina menggunakan kapal sendiri agar lebih efisien.
"Dengan mengambil FOB, sambil mengguanakan kapal sendiri 40 an, lewat Pertal itu merka banyak bermain lewat angkutan," tutur Dwi.
Terkait dengan pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM), Dwi mengungkapkan pengadaan BBM yang sudah dikontrak dengan Petral telah dibatalkan, karena saat ini Pertamina telah menunjuk lembaganya Integrated Supply Change (ISC) untuk pengadaan BBM. Sementara itu, Petral diberi kesempatan mengikuti tender pengadaan BBM tersebut.
"Kami renegosiasi apa yang sudah dikontrak Petral sampai Juni untuk produk, kami renegosia kami minta lagi ISC untuk renegoasiasi," pungkasnya.
sumber: liputan6.com
No comments:
Post a Comment